RSS

Rabu, 19 Oktober 2011

Bahagia dan Do'a

‎1 hal yg membuat kita BAHAGIA adalah KASIH SAYANG
1 hal yg membuat kita DEWASA adalah MASALAH
1 hal yg membuat kita HANCUR adalah PUTUS ASA
1 hal yg membuat kita MAJU adalah USAHA
1 hal yg membuat kita KUAT adalah DO'A ...

Jadi agar hari ini lebih INDAH...
Sebarkanlah KASIH SAYANG kepada sesama,
Bersahabat dengan MASALAH,
Tidak PUTUS ASA, terus berUSAHA...
dan selalu berDO'A kepada yang Maha Kuasa

Kunjungi kembali www.muhasabah-qalbu.blogspot.com untuk mengethaui kata-kata bijak lainnya.
Semoga bermanfaat. J

Kejujuran dan Ketenangan Batin

Sahabat MQ...
Bangsa kita sudah terjebak dengan korupsi.
Para pejabat dan anggota dewan yang korupsi adalah wakil dari rakyatnya.
...
Bagaimana menjadikan Indonesia bebas dari koruptor?

Jawabnya adalah :
Mulailah sekarang juga,
Mulai saat ini juga.
Mulai dari dari diri sendiri, bukan dari orang lain,
Jujur kepada Allah...
Jujur kepada dirimu sendiri ...
Jujur kepada orang tua...
Jujur Kepada anak isteri...
Jujur kepada sahabat dan handai taulan..
Jujur kepada masyarakat dan rakyat...
Jujur kepada bangsa dan negara...


Jika engkau mengatakan subhanallah dengan berulang-ulang dan penuh penghayatan maka engkau mengakui bahwa Allah Maha Suci sedangkan dirimu kotor dan banyak menyalahi atau berdosa kepada-Nya.

Jika engkau sering beristighfar maka Engkau jujur mengakui kesalahanmu itu.

Jika engkau selalu memuji Allah, maka engkau mengakui bahwa tiada yang patut dipuji selain Allah”.

Inilah pangkal kejujuran dan makna dari firman Allah Azza wa Jalla,

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengINGAT Allah. Ingatlah, hanya dengan mengINGAT Allah-lah hati menjadi TENTERAM. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan TEMPAT KEMBALI yang BAIK.” (QS. Ar-ra’du: 28-29)

Mulai sekarang hendaknya engkau konsisten dengan kejujuran itu meskipun berhadapan dengan siapa pun.
Jangan sekali-kali berdusta atau membohongi orang lain karena Allah Maha tahu.
Dia akan membuat perhitungan denganmu tentang hal itu.

Ingatlah Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam berkata,

“Kejujuran itu adalah ketenangan, sementara kebohongan adalah kegelisahan” (HR. Bukhari)

Saat berbuat jujur (terhadap Allah dan dirimu sendiri),
Engkau akan merasa tenang dan tenteram.
Demikian pula ketika engkau jujur terhadap orang lain.

Tetapi tatkala berbuat dosa atau mengkhianati orang maka hatimu menjadi gelisah…
Tinggalkan kegelisahan itu, beristighfarlah lalu, bersikaplah jujur.

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Apabila seorang hamba berbohong , Malaikat yang menyertainya akan menjauh sekitar satu mil karena bau busuk perbuatannya” (HR. At turmudzi)

Jika Malaikat menjauh, artinya hilanglah rahmat Allah.
Lalu, pastilah Allah murka kepadamu…
Setelah itu yang akan mendekat mu adalah syaitan .

Karena itu berhati-hatilah, jangan berbohong.
Sebab kebaikan datang bersama saudaranya (kejujuran).
Demikian pula dengan keburukan, ia datang bersama saudaranya…

Selanjutnya, untuk melatih kejujuran ini Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Berikan jaminan kepadaku dengan enam hal dari dirimu dan aku menjamin surga untukmu: jujurlah jika berbicara, tepatilah jika berjanji, tunaikanlah jika diserahi amanah, jagalah kemaluanmu, jagalah pandanganmu, dan jagalah tanganmu” (HR. Ahmad)

Ayo Sukseskan INDONESIA JUJUR !!!

OFA

Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2011/10/15216/bagaimana-memulai-kejujuran/
Silahkan kunjungi www.muhasabah-qalbu.blogspot.com untuk mengethaui kata-kata bijak lainnya.
Semoga bermanfaat. J

Jangan Bersedih ! :)


Jangan sedih bila orang lain tidak memahami anda..
Tapi sedihlah karena anda tidak mau memahami orang lain.

... Jangan sedih bila orang lain tidak mempercayai anda..
Tapi sedihlah karena anda tidak percaya diri sendiri.

Jangan sedih bila orang lain tidak memberi kesempatan kepada anda..
Tapi sedihlah karena anda belum buat persiapan.

Jangan sedih bila orang lain tidak menghargai anda..
Tapi sedihlah karena anda tidak bisa menghargai orang lain.

Jangan sedih bila orang lain menghina anda..
Tapi sedihlah karena anda membuat hina diri sendiri.

Jangan sedih bila orang lain memaki anda..
Tapi sedihlah karena anda bermulut jahat pada orang lain.

Jangan sedih orang selalu mengritik kita..
Tapi sedihlah karena anda tak pernah mau perbaiki diri.

Jangan sedih karena anda selalu jatuh..
Tapi sedihlah karena anda tak mau bangkit kembali.

Jangan sedih karena perjalanan hidup anda pahit getir..
Tapi sedihlah karena anda tak pernah belajar dari pengalaman.

INGATLAH..
Kunci masalah selalu ada dalam diri, bukan di luar

*Deden Wahyudin*
Kunjungi kembali www.muhasabah-qalbu.blogspot.com untuk mengetahui kata-kata bijak lainnya.
Semoga bermanfaat. J

Selasa, 18 Oktober 2011

Rahasia Bangun Subuh 'MARIO TEGUH'

Om Mario, ajarin aku dong caranya bangun pagi untuk sembahyang?
Aku selalu terlalu ngantuk, udah bangun, tidur lagi, terus kesiangan deh. Bagaimana caranya Om?
... Adikku yang baik hatinya,
Ini rahasiaku, yang baru pertama kali ini kusampaikan secara publik.

Begini,
Seletih apa pun kakakmu ini sebelum tidur, walau sedekat apa pun jamnya sebelum Subuh, kakakmu yang tidak selalu disiplin ini berdoa:

Tuhanku Yang Maha Lembut,

Aku tidur dulu ya?
Aku capai sekali hari ini
melayani jiwa-jiwa baik sahabatku yang Kau cintai itu,
yang bergembira dan memujiku jika aku benar,
yang marah dan mengomeliku jika aku salah,
tapi yang semuanya tetap aku cintai karena cintaku kepada-Mu.

Aku mohon,
agar Engkau membangunkan aku nanti untuk menyembah-Mu di masjid-Mu,
tapi bangunkanlah aku dengan sedikit kesegaran,
dan janganlah Kau bangunkan aku sangat mengantuk,
tapi sisakanlah sedikit kantuk itu agar aku merasa bangga
bisa berhasil mengalahkan rasa malas, untuk memuliakan-Mu.

Singkatnya …, Tuhanku, Kecintaan hati dan hidupku,

Tidurkanlah aku sepulas-pulasnya,
bangunkanlah aku dengan kesegaran yang cukup untuk beribadah pagi,
dan cukupkanlah istirahatku untuk kembali memenangkan satu hari lagi
bagi kemuliaan hidup kami.

Aamiin

Adik-adikku yang baik hatinya,
mohon dicoba ya?
Lalu perhatikan apa yang terjadi.

Kunjungi kami kembali di www.muhasabah-qalbu.blogspot.com untuk mengetahui kata-kata bijak lainnya.
Semoga bermanfaat. J

Aku Terpaksa Menikahinya (Kisah inspiratif untuk para istri dan suami)

Sahabat MQ...
Semoga kisah di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki : 
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. 
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. 
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku. 
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku. 
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. 
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku. 
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi. 
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut. 
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??” 
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. 
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. 
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. 
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. 
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara. 
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku. 
Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya. 
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. 
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. 
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku. 
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia. 
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku. 
Istriku Liliana tersayang, 
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. 
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.  
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku. 
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
 Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
 Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
 Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
 Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
 Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
 Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
 Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
 http://bundaiin.blogdetik.com/2011/10/07/kisah-inspirasi-untuk-para-istri-dan-suami/ 
Silahkan berkunjung kembali untuk membaca kisah inspiratif lainnya di www.muhasabah-qalbu.blogspot.com
Semoga bermanfaat. J

Tundai Duniami, Dahulukan Akhiratmu

“Yah, aku boleh nanya nda?” tanya seorang anak pada ayahnya. Saat itu mereka baru saja shalat Ashar di mushalla salah satu tempat wisata.

Sang Ayah tersenyum. Ada yang tak biasa dengan putrinya.” Kamu itu lho! Beli jajan nda pakai ijin Ayah dulu, giliran nanya pakai minta ijin segala. Mau tanya apa?”

“Tapi Ayah janji, nda boleh marah ya?” sang bocah berusaha mensejajarkan langkahnya.

“Insya Allah. Ayo, mau tanya apa?”

“Ayah kalau nolong orang suka pilih-pilih, ya?” tanya sang anak, ragu-ragu.

Sang ayah menghentikan langkahnya, terkejut.” Maksudnya?”

“Iya, suka mbeda-bedain!” jawab sang anak santai.”Buktinya tadi waktu ada ibu-ibu mau pinjam mukena, Ayah nyuruh aku shalat dulu, baru meminjamkan mukenaku.”

“Oh, itu!”

“Tadi siang, waktu aku antri di kamar mandi, Ayah minta aku ngalah, memberikan antrianku pada mbak-mbak yang pakai baju biru. Mentang-mentang dia lebih muda dan cantik ya, Yah?”

“Astaghfirullah! Bukan begitu, anakku!”

“Lalu?”

“Begini. Ayah menyuruhmu mengalah saat antri di depan kamar mandi karena Ayah melihat orang itu sudah sangat kepayahan menahan sakit perutnya. Ayah tidak memperhatikan usia ataupun wajahnya, tapi Ayah bisa merasakan kecemasannya. Sejak datang, ia sudah memegangi perutnya. Ayah khawatir, jika kamu tidak memberikan antrianmu, dia tak bisa lagi menahan. Kalau itu sampai terjadi, apa kamu tega? Sementara kamu masih bisa menahan untuk berkemih.”

“Ibu-ibu yang di mushalla? Apa tidak lebih baik jika aku meminjamkan mukena padanya dulu. Pahalaku kan jadi berlipat ganda!”

“Anakku, jika aku menyuruhmu shalat dulu baru meminjamkan mukenamu, sungguh bukan karena yang meminjam adalah seorang ibu-ibu. Bukan! Bukan itu. Ketahuilah, anakku. Sama-sama menolong, tapi untuk urusan dunia berbeda dengan urusan akhirat, atau ibadah. Untuk urusan dunia, kita dianjurkan mengutamakan kepentingan orang lain, kepentingan umum bahkan di atas kepentingan pribadi. Tapi untuk urusan ibadah, jika tidak bisa dilakukan bersama-sama, karena tidak membawa mukena seperti yang terjadi pada ibu tadi misalnya, tunaikan kewajiban sendiri dulu, baru orang lain.”

“Kok, begitu?”

“Begini, seumpama kamu diberi pilihan, siapakah yang akan memasuki pintu syurga pertama kali, apakah kamu akan memberikan kesempatan itu pada orang lain?”

“Tidak! Aku dulu”

“Nah, begitulah gambarannya. Ini bukan akal-akalan Ayah, ini yang Rasulullah contohkan. Untuk urusan ibadah, jika tidak bisa bersama-sama, kita utamakan diri sendiri dulu. Bukan egois, bukan pula tidak peduli dengan orang lain, tapi agar kita selalu bersegera melakukan kebaikan (ibadah). Bisa dimengerti?”

Sang anak hanya mengangguk.

“Masih menuduh Ayah pilih-pilih?”

Sang anak hanya menggeleng, tersipu malu.

“Untuk urusan dunia, kau boleh menunda keperluanmu, tapi untuk urusan ibadah, jangan tunda waktumu!”



(Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15192/tunda-duniamu-segerakan-akhiratmu/#ixzz1aStDI4DG)

Semoga bermanfaat. Kunjungi kembali www.muhasabah-qalbu.blogspot.com untuk cerita inspirasi lainnya. J
http://4antum.files.wordpress.com/

Aku Bersyukur Atas Segala Nikmat-Mu Ya ALLAH

Suatu kali aku pernah berfikir andaikan setiap manusia dapat menikmati apa arti anugrah dari Allah, tentu semua akan mendapat kebahagiaan… namun setelah setengah tahun ini aku baru menyadari kebahagiaan akan terasa jika kita tidak menjadikan beban hidup sebagai kesusahan, namun sebagai rasa syukur karena kita dapat melalui cobaan itu. Rasa syukur atas apa yang kita miliki… dan sekarang aku mengerti… setiap orang telah diberi kebahagiaan yang sangat melimpah ruah…
Jika kita mau bersyukur kita akan tahu betapa besar nikmat yang selama ini kita peroleh namun sayangnya belum kita syukuri…
Ketika kita melihat orang lain mengendarai mobil, motor dsb sedangkan kita hannya berjalan kaki terkadang aku mengeluh.. “seandainya aku punya mobil itu”, namun apakah kita sadar sebernarnya kita punya sesuatu yang lebih berharga, dan lebih bermakna daripada mobil tsb… kita mempunyai kaki yang sangat berharga… yang dapat kita gunakan untuk berjalan… berkerja… dan lain sebagainya…
Andai kata jika allah berkata akan Ku berikan semua mobil yang paling bagus di dunia ini untukmu tapi Aku akan mengambil kedua kakimu karena kamu lebih menginginkan mobil tersebut…
Dan apabila Allah berkata Aku akan berikan Semua Emas yang ada di dunia ini kepadamu, namun Aku akan mengambil nikmat sehat darimu, apakah kitamau??? Apakah kita bersedia??? Saudaraku semuanya yang dirahmati Allah dan wahai diriku, marilah Bersyukur atas segala nikmat yang telah kita terima. Karena syukur adalah nikmat yang paling besar untuk kita… karena dengan bersyukur kita akan tahu betapa Maha Baik dan  betapa sayangnya Allah kepada kita,dan dengan bersyukur kita akan tahu bahwa nikamat yang di berikan Allah kepada kita selama ini sungguh sangat sangat banyak,bahkan tak akan mampu kita menghitungnya.

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa pada suatu tengah hari, ketika cuaca panas terik, Abu Bakar Sidik r.a. keluar dari rumahnya kemudian mendatangi masjid Nabawi dengan keadaan gelisah. Ketika diketahui oleh Umar r.a. maka beliau pun datang ke masjid itu lalu bertanya kepada Abu Bakar r.a. "Untuk apakah engkau berada di sini dalam keadaaan begitu panas terik?" Beliau r.a. menjawab, "Terpaksa, karena saya menderita lapar." Umar r.a. berkata, "Demi Zat yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya, itu pulalah yang menyebabkan saya datang ke sini." Sementara itu Rasulullah saw. pun datang ke masjid itu kemudian bertanya kepada mereka, "Untuk apakah kalian datang ke sini?"  Mereka menjawab, "Kami terpaksa ya Rasulullah, karena menderita kelaparan yang tidak tertahankan." Maka Rasulullah  saw. juga berkata, " Hal itu pulalah yang menyebabkan saya datang ke sini."
     Kemudian ketiga-tiganya berangkat hingga sampai di rumah Abu Ayub Ansari r.a. yang pada waktu itu tidak ada di rumah, tapi isterinya menyambut dengan begitu gembira. Rasulullah bertanya, "Kemanakah Abu Ayub?’ Isteri Abu Ayub berkata bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang. Tidak berapa lama kemudian Abu Ayub pun tiba, segera beliau memetik setangkai buah kurma lalu menghidangkannya. Rasulullah saw. bertanya, "Mengapa dibawa setangkai yang buahnya sebagian matang sebagian mentah. Bukankah lebih baik jika dibawa yang matang saja.
     Abu Ayub r.a. menjawab, "Saya membawa semuanya, agar dapat memilih, karena ada yang senang  buah kurma matang ada pula yang senang buah kurma mentah."
      Mereka pun kemudian memakan kurma itu, sementara Abu Ayub r.a. menyembelih seekor anak kambing kemudian setengah dagingnya digoreng dan setengah lagi digulai kemudian dihidangkan di hadapan tamu yang mulia itu. Rasulullah saw. mengambil sepotong roti dan sedikit daging kemudian diserahkan kepada Abu Ayub Ansari r.a. sambil bersabda, "Makanan ini hendaknya engkau sampaikan kepada anak kesayanganku Fatimah, karena sudah beberapa hari dia tidak memperoleh makanan." Beliau segera pergi menyampaikan makanan itu kepada Fatimah r.a.
    Mereka pun memakan roti dan daging itu. Kemudian Rasulullah saw. berkata, "Kita telah menikmati roti, daging, buah kurma baik yang masak maupun  yang mentah ."  Air mata  Rasulullah saw. bercucuran  sambil  bersabda, " Inilah nikmat-nikmat yang akan  ditanya pada hari kiamat." Mendengar hal itu para sahabat r.a. terkejut dan merasa sedih (karena kenikmatan itu diperoleh setelah menderita kelaparan yang amat sangat, dan akan ditanya pada hari kiamat). Rasulullah saw. bersabda," Mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu telah diwajiban dan caranya adalah, mulailah makan dengan mengucapkan Bismillaah dan apabila selesai menikmatinya, bacalah
  "Alhamdulilaahil ladzii huwa assba’ana wa an ngama  a’laina  wa afdhol"
Segala puji bagi Allah yang telah mengenyangkan kami dan memberi kami kenikmatan yang banyak.

Banyak lagi riwayat mengenai perkara ini, yang tidak akan saya kemukakan di sini. Karena tujuan saya di sini hanyalah memperlihatkan betapa banyak firman Allah mengenai kehinaan dunia dan dunia tidak layak untuk mendapatkan perhatian yang sangat besar, karena dibandingkan dengan akhirat dunia adalah sangat kecil. Dan sibuk dengan urusan dunia dapat menyebabkan kerugian besar sehingga sampai kepada azab Allah Swt.. Berulang-ulang Allah Swt. memberi peringatan mengenai hal ini didalam ayat-ayatNya. Yang mengherankan dan memalukan adalah kelalaian manusia terhadap hal ini semakin bertambah  besar  sedangkan peringatan dari Allah Swt. begitu banyak. Bagaimana kita dapat menghadap Allah dengan menghadapkan wajah kita kepadaNya.

Ampunilah Hamba yang telah lalai karana kenikmatan dunia yang hannya sesaat
Ampuni hamba yang lalai bersujud padamu
Ampuni hamba yang telah menyianyiakan apa yang telah engkau beriakan padaku
Ampuni hamba yang telah lalai bersyukur atas semua nikmatmu
Ampuni Aku ya Allah….
Ampuni Aku Ya Allah…
Ampuni…Aku…
Ampuni.. Aku…
Jadiaknya hati ini seperti sebuah oase di padang pasir yang senantiasa memberikan air untuk musyafir yang dahaga
Jadikanlah hamba menjadi manusia yang pandai bersyukur…
Amin ya Allah ya Robbal Alamin.
source from:

Rabu, 28 September 2011

4 Hal yang Seharusnya Dicari Manusia

Salah seorang cendekiawan berkata, “Ada empat hal yang kita cari, akan tetapi kita salah jalan. Kita mengira bahwa kaya itu karena banyaknya harta, padahal kaya terletak pada hidup yang qona'ah. Kita mengira bahwa ketenangan itu karena banyaknya harta, padahal ketenangan itu berada dalam sedikitnya harta. Kita mengira bahwa kemuliaan itu berada dalam apa yang dapat dilihat oleh makhluk, padahal kemuliaan itu berada dalam taqwa. Kita mengira bahwa kenikmatan itu berada dalam makan dan minum, padahal kenikmatan itu berada dalam terhapusnya dosa.” (Di dalam buku TANBIHUL GHAFILIN karya Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi)

picture from: www.curhat.annoarea.net

Penghambaan (Do'a Seorang Hamba)

 “Bismillahirrahmanirrahim”
Ya Rabb,  jadikan aku… Menjadi muslim yang jauh dari sifat egois,
Menjadi muslim yang jauh dari sifat kikir,
Menjadi muslim yang jauh dari sifat tamak,
Menjadi muslim yang mendahulukan saudaranya dari pada dirinya sendiri,
Menjadi muslim yang tidak pernah menghina saudara-saudaranya,
Dan tidak pernah membiarkan saudaranya dihina atau menghina,
Ya Rabb,  jadikan aku… Menjadi muslim yang CUKUP KUAT mengatasi KELEMAHANNYA,
Menjadi muslim yang CUKUP BERANI mengatasi KETAKUTANNYA,
Ya Rabb,  Jadikan aku… Menjadi muslim yang BANGGA dan TEGUH DALAM KEKALAHAN,
Menjadi muslim yang berbelas kasih terhadap mereka yang gagal,
Ya Rabb,  Aku mohon agar aku… JANGAN dipimpin di atas jalan yang mudah dan lemah Tetapi di bawah TEKANAN dan DESAKAN, KESULITAN dan TANTANGAN !!!
Didiklah aku… supaya TEGUH BERDIRI DI ATAS BADAI !!!
Jadikan aku… Menjadi muslim yang senantiasa ingat kepada-Mu
Menjadi muslim yang mencintai-Mu…
Ya Rabb..
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-Mu yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautan-Mu yang meluap hingga ke seluruh samudra…
Aku hanya sepotong rumput di padang-Mu yang memenuhi bumi.
Aku hanya sebutir kerikil di gunungMu yang menjulang menyapa langit.
Aku hanya seonggok bintang kecil yang redup di samudra langit Mu yang tanpa batas…
Ya Rabb…
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapan-Mu.
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi hamba terus menggantungkan segunung harapan pada-Mu…
Ya Rabb, baktiku tiada arti,  ibadahku hanya sepercik air..
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka-Mu!
Betapa sadar diri begitu hina dihadapan-Mu,
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhluk-Mu,
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini
Hati yang telah terkotori oleh noda ini memiliki keinginan setinggi langit,
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajah-Mu yang mulia???
Tuhan Kami semua fakir di hadapan-Mu tapi juga kikir dalam mengabdi kepada-Mu
Semua makhlukMU meminta kepada-Mu dan pintaku,
Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku.
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya dalam menegakkan Syari’at-Mu.
Mungkin tanpa kami sadari , kami pernah melanggar aturan-Mu
Melanggar aturtan qiyadah kami, bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah yang telah Engkau percayakan kepada kami, Ampunilah kami.
Pertemukan kami dalam Syurga-Mu dalam bingkai kecintaan kepada-Mu
Ya Rabb, Siangku tak selalu dalam iman yang teguh
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada-Mu-.
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit.
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada-Mu
Atau dalam maksiat kepada-Mu melainkan dalam keimanan fii SABILILLAH!
Amin Ya Rabb….

picture from: www.artprian.files.wordpress.com